Rabu, 03 Juli 2019

MENGUNGKAP ASAL MULA KUPATAN DESA SEDAYULAWAS

MENGUNGKAP ASAL MULA KUPATAN DESA SEDAYULAWAS 
(Wawancara bareng Mbah Saprawi)


Pada mula orang sering bertanya-tanya tentang kupatan di desa Sedayulawas, sehingga membuat setiap orang ingin mengetahui lebih dalam asal mula adanya kupatan, karena kupatan di desa Sedayulawas ini sangat berbeda dengan di desa-desa yang lain. Maka tak heran akan timbul rasa ingin bertanya siapa sih sebenarnya yang memulai kupatan di desa Sedayulawas? kapan kupatan itu dimulai di desa Sedayulawas? Dan kenapa dinamai dengan kupatan?


Jadi pada hari ahad tanggal 9 juni 2019 beberapa anak muda tersontak mendatangi seseorang tua yang dianggap mengerti tentang asal mula kupatan dan masih hidup di Desa Sedayulawas, orang tua itu bernama Mbah Saprawi umurnya 97 tahun bertempat tinggal di Jalan Mawar RT 02 / RW 03 Desa Sedayulawas atau orang menyebutnya kampung Fortuna. Mbah saprawi lahir pada tahun 1922, memang sudah sangat tua sekali. Namun mbah Saprawi ini kondisinya masih sangat sehat dan di Sedayulawas sudah jarang sekali orang tua yang masih hidup diusia itu.

Pembicaraan awal mulai kupatan itu ada yakni pada waktu mbah Sarpawi berusia 17 tahun sekitar tahun 1939 Masehi. Dulu kupatan ini bukan nama aslinya, zaman sekolah mbah Sarpawi ada orang pendatang dari luar Sedayulawas mendatangi ke puncak gunung menjuluk dengan tujuan untuk melihat pemandangan disekitar gunung bahwa ada sungai yang dipenuhi dengan pohon maghrove yang sangat indah sekali jika dilihat dari bukit gunung. Sungai itu sekarang menjadi sungai aliran bengawan solo yang mengalir ke laut saat ini. Aktifitas itu dilakukan di waktu pagi hari sebelum matahari terbit yakni tepat pada satu minggu setelah hari raya idhul fitri. Kemudian banyak orang-orang muda mengikuti melakukan aktifitas itu karena keindahan yang sangat menawan dengan membawa bekal makanan dan minuman. Seiring berjalan waktu bekal yang dibawa orang untuk naik ke bukit gunung yakni makanan ketupat hingga orang-orang menyebutnya dengan istilah Kupatan. Jadi kupatan dilakukan untuk berlibur bersenang-senang saja dan tidak ada maksud apapun dibalik kupatan ini, apalagi mempercayai adanya suatu misteri atau hal-hal yang menyimpang dari agama.

Berbicara mengenai misteri mbah saprawi mendapatkan cerita dari orang-orang sebelumnya, bahwa pernah ada aktifitas melakukan pertapaan di gua  yang letaknya berada disisi barat gunung menjuluk dari orang koloputeh. Orang koloputeh Istilah asing yang muncul dari pembicaraan mbah saprawi sangat menimbulkan ingin tau pastinya. Dikatakan oleh mbah saprawi orang koloputeh itu dari tetangga-tetangga desa sedayulawas seperti orang wide (sekarang Sendangharjo). Aktifitas pertapaan itu sangat membuat resah masyarakat sehingga dibrantas oleh para ulama kiyai Sedayulawas disebutkan nama kiyai itu adalah kiyai Yudi, kiyai Rosyid (yang mendirikan mushola Nurul Islam/musholah mbah Bu), kiyai Basarun, kiyai Rais, kiyai Khundori (bapaknya kiyai Asy’ari/orang menyebutnya Mbah Ri), dan kiyai Mat. Kiyai-kiyai inilah yang menyebarkan nilai-nilai keagamaan di desa Sedayulawas dan disayangkan pengetahuan-pengetahuan yang diajarkan hanya tentang isi Al-Qu’an saja belum mengenal tentang pengetahuan politik dan lainnya.

Masih teringat mengenai pertapaan pernah ada orang Sedayulawas yang bernama Mbah Supojoyo melakukan pertapaan selama beberapa tahun sampai badannya dijepit akar pohon besar yang berada di bukit gunung, tapi masih ada orang Sedayulawas yang mengetahui yakni Kaji Basri orang Sedayulawas bagian selatan. Mbah supojoyo waktu melakukan pertapaan ketika turun bukit keluar dari gua selalu memberikan kabar kalau akan ada penyakit menular di masyarakat. Kabarnya mbah Supojoyo melakukan pertapaan dipakaikan baju jin sampai menghilang sehingga tidak kembali lagi.
Ada sesuatu yang perlu diketahui juga bahwa dibawah lereng gunung menjuluk ada dua sebuah sumber mata air yang satu sumber airnya kecil dan satunya sangat besar, karena sumber air yang besar itu ditakutkan sumber air akan mengalir ke rumah masyarakat sedayulawas, sehingga oleh masyarakat sumber air yang besar ini ditutup dengan ijuk (kulit kelapa yang kering) sampai sumber air yang besar ini tidak keluar air. Untuk sumber air yang kecil dibiarkan dan sampai hari ini masih ada (sekarang sumber itu didindingi bata melingkar). Di zaman pemerintahan kepala desa Kaji Mujayin rencana akan dijadikan pemandian tetapi melihat anggaran yang dibutuhkan sangat besar sehingga rencana pembangunan pemandian tidak dilakukan.

Kembali mengenai pertapaan, bahwa pembicaraan tentang pertapaan diatas adalah cerita dari orang-orang sebelum mbah Saprawi lahir di Sedayulawas dan pembicaraan tentang kupatan memang dimasa itu mbah saparawi mengetahuinya. Dari wawancari ini pasti ada banyak kekurangan dan kesalahan yang tertulis disini. Bagi orang-orang yang belum mengenal kupatan, minimal kita jadikan sebagai pengetahuan awal kita mengetahui seputar kupatan di desa sedayulawas. Kami sampaikan bahwa tulisan ini adalah informasi dari satu sudut pandang yang kita ambil dari mbah Saprawi, karena apabilah cerita ini tidak kami tulis akan dilupakan oleh orang-orang generasi muda di desa sedayulawas. Kami berterimakasih banyak kepada mbah Saprawi yang telah memberikan sumber informasi tentang asal mula kupatan dan atas dukungan serta kerjasama dari beberapa pihak yang membantu selama pencarian sumber ini.

Tim : Kholis, Thoriq, Gumilar, Adin, Rifqi, Agus, Diki.

Jumat, 14 Juni 2019

KANVAS LAMONGAN

KANVAS LAMONGAN



Buah Karya : Zainul Muttaqin Sa'i Chalimah Pemuda Muhammadiyah    Sedayulawas Dan Pujangga Ponpes YTP Kertosono. 

1543-1556 Ronggo Aboe Amin Bupati ruhnya kuas.
1556-1569 Ronggo Hadi Bupati pelukis.

Catnya lautan pantura lamongan di rias. 
Jonjon nan perahu-perahu berlayar ikan bergaya realis. 
Sungai lamongan selatan   tambak bandeng membidik cerah desaind kontras. 
Sawah ladang lamongan tengah nan selatan padi menguning, lombok memerah warna-warna kolaborasi realis suryalis. 
Cagar budaya " Sunan Drajat, Gua Maharani WBL, Gunung Menjuluk Sedayulawas (ini cita-citaku akan kujadikan Taman Budaya yang unik icon).

Sego boranan, tahu campur, soto babat, wingko babat wingko sedayulawas kuliner lamongan khas. 
Gajah Mada asal desa Modo babat nan Kanjeng Sepuh asal desa sedayulawas sumpah palapa Nusantara abstraknya lukisan lamongan, Para kolektor-kolektor galery nambah kocek terus. 
Lamongan Raharjaning Projo di jagad Kanvas.

Munggah Gunung Menjuluk: Refleksi PRPM Sedayulawas Gelar Halal Bihalal

"Munggah Gunung Menjuluk: Refleksi PRPM Sedayulawas Gelar Halal Bihalal"


Pasca hari raya idhul fitri dijadikan moment setiap orang masih melakukan penyambung tali silaturrahmi terhadap sesama. Sama halnya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sedayulawas yakni rutinitas tahunan kegiatan Munggah (naik atau daki) Gunung Menjuluk pada satu minggu pasca hari raya. Gunung Menjuluk menjadi tempat yang enjoy untuk dikunjungi apalagi dibuat untuk acara keluarga atau halal bihalal bersama-sama.

Kali ini adalah kegiatan Halal Bihalal Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah (PRPM) Sedayulawas sangat berbeda, karena kegiatannya tidak hanya sebatas temu kangen dan makan-makan saja. Tapi kegiatan  halal bihalal dijadikan sebagai wadah diskusi dan tukar pemikiran untuk membahas berbagai permasalahan yang ada didesa selama ini yang cukup  meresahkan masyarakat Desa Sedayulawas, baik tentang sosial, politik, agama, lingkungan dan budaya. 

Dari Segi Budaya, Sedayulawas sangat beraneka ragam budaya yang ada, dari setiap kampung saja ada banyak nama-nama kampung yang unik namanya, ada kampung pupantara, radikal, kaliketek, banjangan, watu celeng, sumur ombe, ranjung jumplang, kelapanan. Dari setiap kampung itu tidak hanya sebatas nama tetapi ada sejarahnya dan kekhasannya masing-masing. 

Segi Lingkungan, Sedayulawas punya sumber daya alam yang melimpah, ada pantai pesisir, pelabuhan kapal, gunung kendil, gunung menjuluk. Tempat itu sebenarnya cukup indah untuk dipandang.

Segi Agama, Sedayulawas ada 2 masjid yang besar yaitu Masjid Taqwa Muhammadiyah Sedayulawas dan Masjid Agung Sedayulawas, selain itu juga ada banyak mushola yang tersebar disetiap kampung. Banyak juga tokoh agama yang berkompeten dibidangnya dan banyak sekali tokoh-tokoh lulusan pondok pesantren. Berbicara pondok pesantren di Sedayulawas juga ada pondok pesantren yang cukup baik yang selama ini menjadi sasaran bagi orang tua luar desa yang menginginkan anaknya untuk dipondokan. 

Segi politik, Sedayulawas menjadi sasaran yang produktif dalam penentuan kekuasaan, baik pemilihan kepala pemerintahan desa, daerah, provinsi dan pusat. Karena Sedayulawas memiliki penduduk jumlah pemilih terbesar sekecamatan Brondong.

Artinya Sedayulawas ini sangat berpotensi dalam setiap lini untuk menjadikan desa yang unggul dan maju dibandingkan desa-desa yang lain, sebenarnya sumber daya manusianya sangat bagus sekali untuk menggerakkan dan menjadikan desa ini tidak hanya desa yang biasa-biasa saja, tapi seharusnya menjadikan desa percontohan. Dalam pikiran kita muncul sebuah pertanyaan, apakah kita sebagai masyarakat Desa Sedayulawas bisa mewujudkan impian semua itu? Tentu pastinya semua orang menginginkan semua hal itu, tidak hanya dijadikan sebatas wacana, gambaran maupun konsep. Tapi ini menjadi tanggung jawab bersama untuk memikirkan dan mewujudkannya. Kesadaran masyarakat dan kekuatan Pemerintah Desa menjadi peran penting membangun desa Sedayulawas kedepannya. (Kholis) 

Kamis, 06 Juni 2019

Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriyah: Hari Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Pancasila Sila Ke-5)

*"Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriyah: Hari Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Pancasila Sila Ke-5)"*


Takbir berkumandang setiap insan berlomba-lomba melafadzkan kalimatullah. Allahu akbar Allahu akbar walillah ilham...
Hari kemenangan akan tiba pada akhirnya semua merasakan namanya kemajuan, tapi kenapa mereka yang merasakan akan ketidakadilan seolah dunia semakin mundur. Ucapan tidak didengar, tindakan disebut makar, rumah ibadah dibakar. Apakah ini yang dinamakan kemajuan? Ini bukan kemajuan tapi awal dari sebuah kemunduran. Beribu-ribu orang turun kejalan dengan niat ikhlas menuntut keadilan atas kecurangan yang dilakukan, 10 orang mati dalam kesyahidan dikatakan para penguasa mereka mati sebagai penyusupan. Beberapa ulama', tokoh, kiyai, aktivis dipenjarakan dikatakan karena melawan pemerintahan. Terus yang dinamakan keadilan letaknya berada disisi mana? Apakah itu semua namanya kemajuan. Sila ke-5 pancasila berbunyi "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia", apakah rakyat sudah mendapatkan keadilan. Kebutuhan pokok meningkat, bahan bakar menaik, pelayanan kesehatan tak merata, hukum tumpul diatas lancip kebawah, banyak anak tak sekolah karena tak terakomodirnya pendidikan, impor digencarkan, tenaga asing diperbanyak, lapangan pekerjaan semakin sempit, infrastruktur terus dibangun, moral anak tak diurus. Sungguh banyak ketimpangan sosial yang sangat mengerikan. 

Bulan ramadhan bulan penuh keberkahan, sangat tak relevan pada bangsa ini bilamana kondisi negara tak berfikir tentang keadilan sosial bagi rakyat indonesia. Berkah yang tak tersampaikan di bulan ramadhan ini, yang seharusnya setiap warga mendapatkan pelayanan dan keamanan demi menjaga kesatuan dan persatuan negara. Karena imbas perebutan kekuasaan yang tak bijaksana dan tak jujur sehingga kecurangan tak menjadikan berkah bagi seluruh rakyat indonesia.

Berkaca di era Soeharto sekitar tahun 90an atau diistilahkan dengan orde baru, warga negara terjamin akan keselamatan dan kebutuhan pokok, semua warga negara sama pemerataan disetiap daerah dapat dirasakan dan dinikmati. Semasa pemerintahan orde baru-nya, rakyat hidup dengan sangat makmur, ‘Gemah ripah loh jenawi’ kata orang Jawa. Mulai dari harga bahan pokok yang terjangkau, kerjaan mudah didapat, serta sangat aman. Dibandingkan sekarang memang agak jauh, namun hal tersebut ditebus dengan kebebasan bicara yang mungkin dulu tidak mungkin dilakukan dengan bebas. (Kholis) 

Kamis, 09 Agustus 2018

Pentingnya Berorganisasi

"Pentingnya Berorganisasi"

Muhammad Kholis





Landasan:
Surah al-Shaff ayat 4:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ

Artinya: "Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan   yang tersusun kokoh."

Ali bin Abi Thalib:

اَلْحَقُّ بِلاَ نِظَامٍ يَغْلِبُهُ اْلبَاطِلُ بِالنِّظَامِ

“Kebenaran yang tidak diorganisir dapat dikalahkan oleh kebatilan yang diorganisir.”

Perkataan ini adalah tentang pentingnya berorganisasi dan sebaliknya bahayanya suatu kebenaran yang tidak diorganisir melalui langkah-langkah yang kongkrit dan strategi-strategi yang mantap.

Manusia hidup di dunia ini tidak lepas karena bantuan orang lain, menurut Aristoteles "Zone Politicon". Maka perlunya manusia saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Tidak cukup hanya berhubungan, tapi harus ada barisan yang sama dan terarah antara orang satu dengan orang yang lain atau istilahnya adalah berorganisasi. Karena dengan berorganisasi semuanya bisa dilakukan secara bersama demi mencapai tujuan yang sama.

Dalam dunia kampus menjadi seorang mahasiswa tidaklah mudah menjalankanya, tidak cukup hanya sekedar kuliah. Untuk mempermudah menjalankan tanggung jawab sebagai mahasiswa dengan baik, caranya dengan melakukan tugas sebagai mahasiswa sebagai mana semestinya. Jangan hanya sebagai mahasiswa biasa, tapi mampu mengikuti arus pergaulan yang ada dikampus, tentu yang memberikan dampak positif bagi perkuliahan. Dengan membiasakan diri menunjukan rasa sosial yang tinggi ditunjukkan dengan bergabung di organisasi yang ada di kampus. Disini harus mampu menunjukkan diri sebagai contoh yang baik bagi mahasiswa yang lain.

Hari ini kesadaran mahasiswa untuk mengikuti organisasi sangat minim, sehingga tampak kurang mengikutinya. Padahal mahasiswa yang tergabung dalam organisasi dapat membuka jendela dunia dan dapat menemukan jati diri seorang mahasiswa sebagai kaum intelektual yang tidak hanya duduk dibangku perkuliahan tapi dapat menemukan banyak ilmu pengetahuan. Sebagai mahasiswa yang berorganisasi dapat melatih berbicara, yang dulunya tidak berabi berbicara dihadapan orang banyak sehingga berani tampil di muka umum. Tidak hanya itu juga memperluas jaringan hubungan dengan teman yang lain.

Sering mendengar istilah Mahasiswa kupu - kupu, mereka hanya sekedar mengikuti mata kuliah dan setelah itu pulang. Yang didapat hanya sebatas materi kuliah yang diikutinya. Tidak menghiraukan informasi dan pergaulan yang ada kaitannya dengan mahasiswa. Jangan mencotoh mahasiswa yang semacam ini karena nanti hidupnya hanya untuk kepentingannya sendiri tanpa memikirkan kepentingan orang lain.

Berbagai macam varian organisasi yang ada didalam kampus, maka harus bisa memilih organisasi yang cocok baik bagi seorang mahasiswa sesuai dengan kemampuan masing-masing. Carilah organisasi yang tidak cukup bergerak dalam ranah kemahasiswaan saja, tapi juga bergerak di masyarakat untuk menjadi bangsa ini lebih baik. Karena yang akan meneruskan tonggak kepemimpinan negara adalah anak mudanya. Dengan berorganisasi nanti dapat memimpin masyarakat ketika nanti sudah lepas dari dunia kampus, maka tanggung jawabnya adalah mengabdi dan bermasyarakat dengan orang lain.

Tenang saja untuk mahasiswa yang kuliah di daerahnya sendiri tidak jauh beda dengan mahasiswa yang kuliah di luar daerah. Jangan minder dengan mahasiswa yang kuliah diluar daerah, yang membedakan hanya secara fasilitas dan lingkungan kampusnya.Sebenarnya secara kemampuan tidah jauh beda. Bisa dianalogikan kampus adalah kapal dan mahasiswa adalah pelautnya. Kemanapun pelaut naik kapal tergantung tujuannya. Maka harus ada niat yang sungguh-sungguh, kuncinya adalah kuliah dengan berorganisasi. Ketika sudah berorganisasi maka tingkatkanlah kemampuan, baik kemampuan keilmuan maupun kemampuan menjadi seorang leader (pemimpin) dan jalin hubungan yang seluas-luasnya dengan mahasiswa yang lain, beda kampus maupun beda organisasi. Sering banyak ikut kegiatan organisasi baik yang didalam maupun diluar.

Menjadi seorang organisatoris harus mampu memiliki banyak pengetahuan. Yaitu dengan cara banyak membaca buku dan banyak diskusi dengan aktivis yang lainnya.

Kamis, 14 Juni 2018

Refleksi Iedul Fitri : Sebagai Hari Kemenangan dan Ukhuwah Pemersatu Islam

Picture: www.google.com

Puasa telah di penghujung waktu, setiap orang dengan sibuknya menyiapkan bekal materi, seakan tidak pernah berfikir bahwa dihari besok masih ada kehidupan kembali. Pasar, Mall, Supermarket, Toko-toko, Warung, Lestoran, Salon, Tempat potong rambut sampai tempat cuci motor semuanya penuh dengan keramaian berlomba-lomba mencari, membeli, menyiapkan semua barang-barang harus baru. Mulai ada membeli baju baru, sandal baru, HP baru, tukar uang baru, menyiapkan jajanan, mengecat rumah agar terkesan baru seolah hidup berakhir pada hari itu. Seakan semua itu disiapkan untuk berlomba-lomba mencari kemenangan. Benar memang ketika yang diinginkan, yang diraihnya sudah didapatkan sebagai bentuk kepuasan diri, tetapi kepuasan itu hanya lahir pada diri sendiri dan hanya sebatas kemenangan yang diraih didunia saja. 

Gema takbir berkumandang, mulai suara sound, suara bedug, suara tongklek, orang kecil sampai orang dewasa semuanya bersuara seakan seperti barisan tentara yang gembira meraih kemenangan pasca peperangan. Padahal disitulah peperangan akan dimulai karena dengan akan datangnya lembaran baru 1 Syawal bekal selama dibulan Ramadhan akan dijadikan sebagai bekal untuk satu tahun yang akan datang. Apakah 1 bulan yang akan terlewati ini akan lebih baik dari pada 1 bulan kedepan nanti, atau 1 bulan ini hanya sebatas jembatan yang itu hanya dipakai untuk penyeberangan tanpa merasakan apa yang ada di jembatan tersebut. Jangan sampai jembatan yang terlewati itu tidak membekas atau tidak mengesankan pada si penyebrang. Hanya untuk menginginkan agar tidak terjatuh sehingga dengan melaju cepat jembatan tersebut terlalui dan kemenangan didapatkan.

Dengan datang hari yang fitri adalah momentum berevaluasi diri, muhasabah diri, dan menyucikan diri. Banyak ucapan, tingkah laku yang salah maka sepatutnya saling bermaafan kepada sesama muslim, bukti bahwa ukhuwah islam ini terajut, bersatu kembali. Setiap umat islam adalah saudara maka jangan sampai terpecah belah karena dengan perbedaan suku, golongan, kelompok, apalagi karena perbedaan partai. Dengan perbedaan itu jadikan sebagai kekuatan umat islam dan sudah saat ukhuwah islamiyah ini bersatu, bersama kembali tegakkan kebenaran dimuka bumi.

Mari terus galakkan saling berbagi, bersilaturahim, bermaafan kepada sesama, karena dengan ini bentuk ukhuwah islam akan terjaga, terawat dan tersatukan. Seandainya umat islam di Indonesia ini bersatu, tidak ada lagi yang namanya kemiskinan, pengangguran, perampokan, pencurian, kekerasan, perzinahan, pembunuhan, terorisme, radikalisme. Karena jika umat islam bersatu akan ada rasa saling berbagi, memberi, membantu, menolong sehingga akan terciptalah masyarakat, negara yang adil, makmur, sejahtera, bahagia dan sentosa. Maka terealisasilah agama yang dirindu-rindukan yakni agama islam yang ramatan lil alamiin...

Raihlah hari kemenangan ini sebagai pemersatu ukhuwah islam, tidak ada lagi yang namanya saling membenci, mencela, melanggar, menyakiti. Karena musuh paling terbesar adalah hawa nafsu. Dari hawa nafsu munculah sikap egois, sombong, angkuh, arogan. Hilangkan penyakit diri ini dengan melakukan amalan kewajiban yang dituntunkan oleh syariat islam. Sembuhkan dengan memperkuat  dengan sholat, puasa, zakat dan haji. Insya'allah semua itu akan terwujud dan terkabulkan.. 

Taqobbalallahu Minna Waminkum..
Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1439 H.

*Penulis : Muhammad Kholis

Sabtu, 09 Juni 2018

Pendidikan Anak di Generasi Milenial

Pendidikan Anak di Generasi Milenial

Sumber: www.google.com

Berat memang mendidik anak digenerasi milenial ini, banyak tantangan yang selalu datang mulai banyaknya budaya-budaya yang masuk dan menyerang aktivitas anak. pasti signifikan juga akan mempengaruhi terhadap kemoralan anak, karena kodrat seorang anak adalah punya rasa selalu ingin tahu. Ketika anak dipaksa untuk tidak mengikuti zaman, secara pertumbuhan anak akan tertekan dan tergerus oleh zaman bisa juga dikatakan akan tertinggal, sehingga menjadikan mental anak lemah dan mudah juga termasuki dengan budaya luar yang itu merusak aqidah dan moral anak.

Menurut Karl Mannheim penemu teori generasi pada 1923 dalam esay berjudul The Problem Generation. Generasi milenial sebutan lainnya generasi Y adalah mereka kelompok manusia yang lahir diatas tahun 1980 hingga 1997, karena dimasanya pernah mengalami masa milenium yang kedua. Artinya anak yang lahir setelah tahun 1997 keatas mereka bukan generasi milenial, tetapi mereka yang terkena dampaknya dari generasi milenial, mereka yang lahir setelah generasi milenial dinamakan generasi Z. 

Bicara mengenai zaman milenial, bicara juga mengenai perkembangan teknologi dan informasi, yang saat ini gencar-gencarnya digunakan oleh banyak anak yang sebenarnya belum waktunya anak memakai tapi sudah memakai adalah Handpone (HP) dengan perkembangan aplikasinya android sudah tidak asing lagi bagi anak. Anak lebih mudah mengakses segala hal yang diinginkan yakni media sosial, media jejaring untuk berhubungan sosial ke seluruh dunia lewat internet sebut saja facebook, Instagram, Twitter, Line, Whatsapp dll.

Hari ini anak sudah gemar memainkan media sosial, apakah itu untuk sesuatu pekerjaan yang positif maupun negatif. Andaikan saja anak memainkan media sosial dengan sesuatu yang negatif maka bagaimana peran seorang pendidik atau orang tua dalam menghadapi generasi milenial? Oleh karena itu selain seorang pendidik atau orang tua harus pandai dalam ilmu pengetahuan juga dituntut harus pandai dalam berteknologi. Dengan berteknologi otomatis juga akan gemar dalam bermedia sosial, dengan bermedia sosial bisa dijadikan sebagai pengawasan terhadap anak. Apapun yang dilakukan anak tiap menit atau tiap jam dapat diketahui dengan bermedia sosial.

Simpati dan empati terhadap anak memang sangat penting dilakukan oleh setiap pendidik atau orang tua, tapi kadang sebaliknya dengan adanya internet pendidik atau orang tua lalai dengan sendirinya, lebih asyik berinternet sehingga tidak pernah memikirkan apa yang dilakukan anak sehari-harinya. Contoh pendidik di lembaga sekolah yang seharusnya bertugas mendidik, mengajarkan, menjelaskan kepada anak, malah mereka asyik dengan kepentingan pribadinya dengan berjualan online, berselfi, bergame dll. Artinya pendidik atau orang tua seperti ini yang mereka yang lalai dengan tanggung jawabnya, yang memanfaatkan untuk kepentingan pribadinya. Bagaimana bisa mendidik anak tapi seperti ini? Apa yang harus dicontoh dan ditauladani oleh anak. 

Tidak cukup seorang pendidik atau orang tua cuma mengawasi dan mengarahkan melalui internet. Ada beberapa elemen yang dibutuhkan oleh seorang pendidik atau orang tua dalam revitalisasi pendidikan anak di zaman milenial:

Pertama, Penguatan pendidikan karakter anak. Didunia yang serba global, teknologi yang terus berkembang, informasi positif dan negatif bercampur jadi satu, maka sangat penting membangun pondasi moral anak yang kuat, agar anak bisa memilih mana yang benar dan mana yang buruk. 

Kedua, Revitalisasi pengetahuan humaniora anak. Selain anak dibekali ilmu pengetahuan, agama, budaya anak juga dibekali tentang keahlian teknologi. Karena hari ini anak lebih suka pengetahuan yang eksakta dan tehnis yang mengarahkan kepada hal-hal praktis. 

Ketiga, Mengoptimalkan teknologi. Kemajuan suatu bangsa sering diukur dengan teknologi. Oleh karena itu dengan berteknologi akan menjadikan anak berkreasi dan berinovasi. Maka sangat penting dalam kurikulum pendidikan, pengetahuan teknologi terkini dimasukan dalam kurikulum tersendiri di sekolah. 

Ini saatnya seorang pendidik atau orang tua yang harus melek dalam ilmu pengetahuan, agama, budaya dan teknologi. Jangan sampai gagap dengan semua ini apalagi tidak faham terhadap aktivitas generasi milenial. Semoga dengan usaha dan keyakinan ini menjadikan anak cerdas, tangguh dan bermoral. Amiin..

*Penulis: Muhammad Kholis