Sabtu, 09 Juni 2018

Pendidikan Anak di Generasi Milenial

Pendidikan Anak di Generasi Milenial

Sumber: www.google.com

Berat memang mendidik anak digenerasi milenial ini, banyak tantangan yang selalu datang mulai banyaknya budaya-budaya yang masuk dan menyerang aktivitas anak. pasti signifikan juga akan mempengaruhi terhadap kemoralan anak, karena kodrat seorang anak adalah punya rasa selalu ingin tahu. Ketika anak dipaksa untuk tidak mengikuti zaman, secara pertumbuhan anak akan tertekan dan tergerus oleh zaman bisa juga dikatakan akan tertinggal, sehingga menjadikan mental anak lemah dan mudah juga termasuki dengan budaya luar yang itu merusak aqidah dan moral anak.

Menurut Karl Mannheim penemu teori generasi pada 1923 dalam esay berjudul The Problem Generation. Generasi milenial sebutan lainnya generasi Y adalah mereka kelompok manusia yang lahir diatas tahun 1980 hingga 1997, karena dimasanya pernah mengalami masa milenium yang kedua. Artinya anak yang lahir setelah tahun 1997 keatas mereka bukan generasi milenial, tetapi mereka yang terkena dampaknya dari generasi milenial, mereka yang lahir setelah generasi milenial dinamakan generasi Z. 

Bicara mengenai zaman milenial, bicara juga mengenai perkembangan teknologi dan informasi, yang saat ini gencar-gencarnya digunakan oleh banyak anak yang sebenarnya belum waktunya anak memakai tapi sudah memakai adalah Handpone (HP) dengan perkembangan aplikasinya android sudah tidak asing lagi bagi anak. Anak lebih mudah mengakses segala hal yang diinginkan yakni media sosial, media jejaring untuk berhubungan sosial ke seluruh dunia lewat internet sebut saja facebook, Instagram, Twitter, Line, Whatsapp dll.

Hari ini anak sudah gemar memainkan media sosial, apakah itu untuk sesuatu pekerjaan yang positif maupun negatif. Andaikan saja anak memainkan media sosial dengan sesuatu yang negatif maka bagaimana peran seorang pendidik atau orang tua dalam menghadapi generasi milenial? Oleh karena itu selain seorang pendidik atau orang tua harus pandai dalam ilmu pengetahuan juga dituntut harus pandai dalam berteknologi. Dengan berteknologi otomatis juga akan gemar dalam bermedia sosial, dengan bermedia sosial bisa dijadikan sebagai pengawasan terhadap anak. Apapun yang dilakukan anak tiap menit atau tiap jam dapat diketahui dengan bermedia sosial.

Simpati dan empati terhadap anak memang sangat penting dilakukan oleh setiap pendidik atau orang tua, tapi kadang sebaliknya dengan adanya internet pendidik atau orang tua lalai dengan sendirinya, lebih asyik berinternet sehingga tidak pernah memikirkan apa yang dilakukan anak sehari-harinya. Contoh pendidik di lembaga sekolah yang seharusnya bertugas mendidik, mengajarkan, menjelaskan kepada anak, malah mereka asyik dengan kepentingan pribadinya dengan berjualan online, berselfi, bergame dll. Artinya pendidik atau orang tua seperti ini yang mereka yang lalai dengan tanggung jawabnya, yang memanfaatkan untuk kepentingan pribadinya. Bagaimana bisa mendidik anak tapi seperti ini? Apa yang harus dicontoh dan ditauladani oleh anak. 

Tidak cukup seorang pendidik atau orang tua cuma mengawasi dan mengarahkan melalui internet. Ada beberapa elemen yang dibutuhkan oleh seorang pendidik atau orang tua dalam revitalisasi pendidikan anak di zaman milenial:

Pertama, Penguatan pendidikan karakter anak. Didunia yang serba global, teknologi yang terus berkembang, informasi positif dan negatif bercampur jadi satu, maka sangat penting membangun pondasi moral anak yang kuat, agar anak bisa memilih mana yang benar dan mana yang buruk. 

Kedua, Revitalisasi pengetahuan humaniora anak. Selain anak dibekali ilmu pengetahuan, agama, budaya anak juga dibekali tentang keahlian teknologi. Karena hari ini anak lebih suka pengetahuan yang eksakta dan tehnis yang mengarahkan kepada hal-hal praktis. 

Ketiga, Mengoptimalkan teknologi. Kemajuan suatu bangsa sering diukur dengan teknologi. Oleh karena itu dengan berteknologi akan menjadikan anak berkreasi dan berinovasi. Maka sangat penting dalam kurikulum pendidikan, pengetahuan teknologi terkini dimasukan dalam kurikulum tersendiri di sekolah. 

Ini saatnya seorang pendidik atau orang tua yang harus melek dalam ilmu pengetahuan, agama, budaya dan teknologi. Jangan sampai gagap dengan semua ini apalagi tidak faham terhadap aktivitas generasi milenial. Semoga dengan usaha dan keyakinan ini menjadikan anak cerdas, tangguh dan bermoral. Amiin..

*Penulis: Muhammad Kholis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar