Rabu, 03 Juli 2019

MENGUNGKAP ASAL MULA KUPATAN DESA SEDAYULAWAS

MENGUNGKAP ASAL MULA KUPATAN DESA SEDAYULAWAS 
(Wawancara bareng Mbah Saprawi)


Pada mula orang sering bertanya-tanya tentang kupatan di desa Sedayulawas, sehingga membuat setiap orang ingin mengetahui lebih dalam asal mula adanya kupatan, karena kupatan di desa Sedayulawas ini sangat berbeda dengan di desa-desa yang lain. Maka tak heran akan timbul rasa ingin bertanya siapa sih sebenarnya yang memulai kupatan di desa Sedayulawas? kapan kupatan itu dimulai di desa Sedayulawas? Dan kenapa dinamai dengan kupatan?


Jadi pada hari ahad tanggal 9 juni 2019 beberapa anak muda tersontak mendatangi seseorang tua yang dianggap mengerti tentang asal mula kupatan dan masih hidup di Desa Sedayulawas, orang tua itu bernama Mbah Saprawi umurnya 97 tahun bertempat tinggal di Jalan Mawar RT 02 / RW 03 Desa Sedayulawas atau orang menyebutnya kampung Fortuna. Mbah saprawi lahir pada tahun 1922, memang sudah sangat tua sekali. Namun mbah Saprawi ini kondisinya masih sangat sehat dan di Sedayulawas sudah jarang sekali orang tua yang masih hidup diusia itu.

Pembicaraan awal mulai kupatan itu ada yakni pada waktu mbah Sarpawi berusia 17 tahun sekitar tahun 1939 Masehi. Dulu kupatan ini bukan nama aslinya, zaman sekolah mbah Sarpawi ada orang pendatang dari luar Sedayulawas mendatangi ke puncak gunung menjuluk dengan tujuan untuk melihat pemandangan disekitar gunung bahwa ada sungai yang dipenuhi dengan pohon maghrove yang sangat indah sekali jika dilihat dari bukit gunung. Sungai itu sekarang menjadi sungai aliran bengawan solo yang mengalir ke laut saat ini. Aktifitas itu dilakukan di waktu pagi hari sebelum matahari terbit yakni tepat pada satu minggu setelah hari raya idhul fitri. Kemudian banyak orang-orang muda mengikuti melakukan aktifitas itu karena keindahan yang sangat menawan dengan membawa bekal makanan dan minuman. Seiring berjalan waktu bekal yang dibawa orang untuk naik ke bukit gunung yakni makanan ketupat hingga orang-orang menyebutnya dengan istilah Kupatan. Jadi kupatan dilakukan untuk berlibur bersenang-senang saja dan tidak ada maksud apapun dibalik kupatan ini, apalagi mempercayai adanya suatu misteri atau hal-hal yang menyimpang dari agama.

Berbicara mengenai misteri mbah saprawi mendapatkan cerita dari orang-orang sebelumnya, bahwa pernah ada aktifitas melakukan pertapaan di gua  yang letaknya berada disisi barat gunung menjuluk dari orang koloputeh. Orang koloputeh Istilah asing yang muncul dari pembicaraan mbah saprawi sangat menimbulkan ingin tau pastinya. Dikatakan oleh mbah saprawi orang koloputeh itu dari tetangga-tetangga desa sedayulawas seperti orang wide (sekarang Sendangharjo). Aktifitas pertapaan itu sangat membuat resah masyarakat sehingga dibrantas oleh para ulama kiyai Sedayulawas disebutkan nama kiyai itu adalah kiyai Yudi, kiyai Rosyid (yang mendirikan mushola Nurul Islam/musholah mbah Bu), kiyai Basarun, kiyai Rais, kiyai Khundori (bapaknya kiyai Asy’ari/orang menyebutnya Mbah Ri), dan kiyai Mat. Kiyai-kiyai inilah yang menyebarkan nilai-nilai keagamaan di desa Sedayulawas dan disayangkan pengetahuan-pengetahuan yang diajarkan hanya tentang isi Al-Qu’an saja belum mengenal tentang pengetahuan politik dan lainnya.

Masih teringat mengenai pertapaan pernah ada orang Sedayulawas yang bernama Mbah Supojoyo melakukan pertapaan selama beberapa tahun sampai badannya dijepit akar pohon besar yang berada di bukit gunung, tapi masih ada orang Sedayulawas yang mengetahui yakni Kaji Basri orang Sedayulawas bagian selatan. Mbah supojoyo waktu melakukan pertapaan ketika turun bukit keluar dari gua selalu memberikan kabar kalau akan ada penyakit menular di masyarakat. Kabarnya mbah Supojoyo melakukan pertapaan dipakaikan baju jin sampai menghilang sehingga tidak kembali lagi.
Ada sesuatu yang perlu diketahui juga bahwa dibawah lereng gunung menjuluk ada dua sebuah sumber mata air yang satu sumber airnya kecil dan satunya sangat besar, karena sumber air yang besar itu ditakutkan sumber air akan mengalir ke rumah masyarakat sedayulawas, sehingga oleh masyarakat sumber air yang besar ini ditutup dengan ijuk (kulit kelapa yang kering) sampai sumber air yang besar ini tidak keluar air. Untuk sumber air yang kecil dibiarkan dan sampai hari ini masih ada (sekarang sumber itu didindingi bata melingkar). Di zaman pemerintahan kepala desa Kaji Mujayin rencana akan dijadikan pemandian tetapi melihat anggaran yang dibutuhkan sangat besar sehingga rencana pembangunan pemandian tidak dilakukan.

Kembali mengenai pertapaan, bahwa pembicaraan tentang pertapaan diatas adalah cerita dari orang-orang sebelum mbah Saprawi lahir di Sedayulawas dan pembicaraan tentang kupatan memang dimasa itu mbah saparawi mengetahuinya. Dari wawancari ini pasti ada banyak kekurangan dan kesalahan yang tertulis disini. Bagi orang-orang yang belum mengenal kupatan, minimal kita jadikan sebagai pengetahuan awal kita mengetahui seputar kupatan di desa sedayulawas. Kami sampaikan bahwa tulisan ini adalah informasi dari satu sudut pandang yang kita ambil dari mbah Saprawi, karena apabilah cerita ini tidak kami tulis akan dilupakan oleh orang-orang generasi muda di desa sedayulawas. Kami berterimakasih banyak kepada mbah Saprawi yang telah memberikan sumber informasi tentang asal mula kupatan dan atas dukungan serta kerjasama dari beberapa pihak yang membantu selama pencarian sumber ini.

Tim : Kholis, Thoriq, Gumilar, Adin, Rifqi, Agus, Diki.